Kota Tegal merupakan salah satu kota di pantura Jawa Tengah yang ditetapkan sebagai wilayah sub pusat pertumbuhan Jawa Tengah bagian barat dan menjadi medan magnet bagi daerah sekitarnya. Dengan Luas wilayah 38.50 km2, terdiri dari lahan kering seluas 2.768,27 ha, lahan sawah 1.081 m 73 ha serta memiliki luas wilayah pantai 839,15 ha. Salah satu usaha peternakan yang sangat berkembang disana adalah usaha peternakan itik.
Saat ini usaha peternakan telah diupayakan untuk dikelola secara terpadu dengan sistem kandang dalam satu kawasan. Jumlah peternak itik mencapai 66 orang dengan populasi itik sekitar 66.000 ekor. Untuk mendukung perkembangan usaha peternakan dan pembibitan itik ras branjangan asli kota tegal, pemerintah telah menetapkan lahan seluas 6 ha namun yang dimanfaatkan baru seluas 2 ha. Kota tegal merupakan salah satu pemasok utama telor itik ke brebes sebagai bahan baku pembuatan telur asin, namun seringkali permintaan pasar tidak dapat terpenuhi karena keterbatasan kapasitas produksi. Besarnya pasar telur itik yang belum tergarap ini membuktikan masih sangat diperlukannya pemgembangan ternak itik, terlebih lagi jumlah permintaan yang ada jauh lebih besar dari jumlah produksi.
Keunggulan dari usaha ternak itik oleh petani pedesaan, yakni sebagai berikut :
1. Potensi sumber daya alam pedesaan cukup kondusif bagi pengembangan ternak itik. Status fisiologis itik sebagai unggas air, memungkinkan itik dapat dipelihara mulai dari daerah rawa sampai pasang surut. Bagi daerah kering, ternak dapat pula dipelihara dengan sistem pemeliharaan.
2. Ternak itik merupakan unggas lokal yang telah lama dipelihara masyarakat pedesaan dan telah beradaptasi dengan kondisi iklim pedesaan dan masyarakat desa.
3. Walaupun secara fisiologis itik merupakan unggas air tetapi tidak menutup kemungkinan, itik dapat dipelihara secara intensif pada lahan terkurung tanpa memberikan pengaruh buruk terhadap produksinya.
4. Tahan terhadap serangan penyakit.
5. Dapat dipelihara sederhana dengan pakan seadanya. Itik sanggup mencari sendiri pakan yang dibutuhkannya berupa butiran gabah yang tercecer selepas panen, ikan-ikan kecil, siput, cacing dan sisa dapur. Ketersediaan sumber pakan itik yang beragam di pedesaan diperkirakan dapat mendukung pengembangan ternak itik sebagai komponen usahatani terpadu.
6. Sebagai komponen usahatani terpadu di pedesaan, ternak itik sangat potensial dikembangkan dan diintegrasikan dengan usaha tanaman pangan dan kolam ikan.
7. SDM penyuluh yang cukup tersedia di daerah pedesaan.
Prospek peluang usaha peternakan itik cukup menjanjikan berdasarkan alasan bahwa:
1. Produksi ternak itik 200-240 butir telur per ekor per tahun. Dengan asumsi harga jual Rp. 800 per butir, telur itik sangat potensial sebagai sumber pendapatan dan merupakan usaha baru yang prospektif, disamping sebagai sumber protein hewani keluarga petani.
2. Permintaan pasar terhadap produk itik (telur dan daging) secara nasional masih besar. Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan tersebut, pemeliharaan itik secara semi maupun intensif layak dikembangkan.
3. Telur itik cukup disukai oleh konsumen, baik untuk dimakan sehari-hari maupun sebagai bahan baku pembuatan makanan ringan lainnya seperti kue.
4. Preferensi konsumen yang cukup tinggi pada produk peternakan itik.
5. Semakin naiknya kebutuhan masyarakat akan bahan pangan kaya protein hewani, sebagai akibat membaiknya pendapatan dan pengetahuan gizi. Kandungan protein telur itik cukup tinggi, yakni sekitar 13,3%. Itik merupakan ternak penghasil daging yang cukup gurih dan banyak diminati oleh masyarakat. Kandungan protein daging itik sebesar 21,4%, lebih tinggi dari kandungan protein daging ayam, sapi dan domba.
6. Adanya dukungan potensi sumber daya kelembagaan yang ada di pedesaan berupa kelompok tani, kelembagaan penyuluhan dan kelembagaan keuangan dalam bentuk Usaha Simpan Pinjam.
7. Dukungan dari kemajuan teknologi peternakan dan bioteknologi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi telur itik.
Senin, 04 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar